Monday, January 2, 2012

Mister Burger di Tengah Sekaten

Pasar Malam Perayaan Sekaten (PMPS) tahun 2011 berlangsung dua kali. Yang pertama pada 7 Januari 2011 dan kedua 28 Desember 2011 yang dibuka oleh Gubernur DIY, Sultan Hamengku Buwono X. Ini terjadi karena perbedaan penanggalan Jawa dan Nasional. Bertema ' Harmoni Ekonomi Budaya dan Religi', PMPS akan berlangsung sampai 5 Pebruari 2011. Dan yang istimewa, masuk dalam Sekaten tidak dipungut biaya. Maka tidak aneh jika pengunjung Sekaten selalu padat pengunjung jika cuaca cerah. Pesta rakyat yang berlangsung di Alun-alun Utara Yogya, merupakan rangkaian dalam memperingati kelahiran Nabi Muhammad SAW yang dikenal dengan Mauludan. Kata Sekaten berasal dari kata syahadatain atau dua kalimat syahadat yang jadi strategi Wali Sanga dalam menyebarkan agama Islam di tanah Jawa.

Dalam pembukaan Sekaten 28 Desember 2011, disajikan tari kolosal yag dibawakan siswa-siswa SMKI dengan judul 'Nyawiji' Tarian ini menggabungkan unsur Islami dengan tarian tradisional Badui dari Sleman. Sultan Hamengku Buwono X membuka Sekaten dengan pemukulan kenong. Sedang pemotongan buntal dilakukan oleh GKR Hemas.
Ada sekitar 200 stand makanan dan mainan yang berada di Sekaten. Anda yang membawa keluarga, pasti akan memilih mainan anak-anak. Atau jika Anda menyukai kuliner, pasti akan beli galundeng atau onde-onde khas Sekaten. Tapi sejak beberapa tahun ini, di Sekaten hadir pula Mister Burger yang menyajikan makanan cepat saji yang lezat. Maka jika Anda membawa keluarga pasti ingin membawa oleh-oleh Mister Burger, karena Mister Burger telah menjadi ikon Yogyakarta. Anda tak usah bingun mencari stand Mister Burger. Di pintu masuk utara, Anda bisa menjumpai Mister Burger. Kemudian di samping arena anak-anak Bom-bom Car selatan atau depan panggung kesenian. Panggung kesenian ini tiap sore menyajikan kesenian yang dibawakan oleh anak-anak. Dan ini selalu padat penonton dari kalangan orang tua karena mengantar putranya tampil di atas panggung.
Sekaten ditandai pula dengan miyos gonso atau keluarnya gamelan pada 29 Januari 2012 yang ditandai dengan prosesi keluarnya gamelan Kyai Guntur Madu danKyai Nogo Wilogo dari Kraton Yogya ke masjid Gede Kauman. Kemudian gamelan dibunyikan di pagongan utara dan selatan di komplek masjid Gede Kauman selama satu minggu. Di tengah semaraknya gamelan Sekaten itu, di halaman masjid banyak penjual sirih, telur warna merah yang ditusuk, pecut dan nasi kuning, yang memiliki nilai-nilai simbolik dalam perayaan Sekaten.
Sementara nanti pada 4 Pebruari 2012 ada prosesi kembalinya gamelan Kyai Guntur Madu dan Kyai Nogo Wilogo masuk Kraton Yogya. Sebelum gamelan diboyong kondur, Sultan atau kerabat Kraton Yogya akan menyebar udik-udik yaitu uang logam yang disebar dan dirayah oleh masyarakat yang menyaksikan upacara itu. Sedang pada 5 Pebruari 2012 diadakan Grebeg Maulud dengan keluarnya gunungan dari Kraton Yogya dibawa ke halaman masjid Gede Kauman untuk dirayah masyarakat.
Seperti dikatakan Walikota Yogyakarta Haryadi Sayuti. Sekaten merupakan pewujudan nguri-nguri budaya Jawa. "Sekaten merupakan pusaka budaya yang harus diuri-uri, dilestarikan seringi dengan kemajuan jaman," kata Haryadi Sayuti. *** (Tra)