Sunday, February 5, 2012

Mister Burger di Tengah PBTY VII di Ketandan

Pekan Budaya Tionghoa Yogyakarta (PBTY) VII digelar kembali sejak 2-6 Pebruari 2012 di Ketandan. Dengan tema 'Mengkukuhkan ke Bhineka-an Yogyakarta' diharapkan 48 seni yang digelar di bekas kampus UPN Veteran ini bisa diminati oleh masyarakat luas. Dari kesenian itu, 60% diantaranya kesenian dari Tionghoa yang langka ditemui. Dan pembukaan PBTY VII yang dibuka oleh Sultan Hamengku Buwono X itu dipadati pengunjung dari berbagai daerah. " Dari 48 pentas budaya, 60 % kesenian dari Tionghoa," kata Tri Kirana Muslidatun, Ketua Umum PBTY VII.
Di panggung utama yang terletak di sebelah timur, berbagai kesenian ditampilkan. Pada malam pertama, ada pertunjukan Naga Barongsai Isakuiki dan Naga Birawa, Dewi Kim serta koolaborasi Didik Nini Thowok dan Sidik dan lelang lukisan kaligrafi. Bahkan untuk menghibur masyarakat, ada ketoprak humor dengan lakon 'Klinthing Wasiat' yang didukung Marwoto dan Den Baguse Ngarsa. Pada pentas Minggu 5 Pebruari 2012 ada nyanyi puisi Mandarin, tari Golek Rejeki, Hip-Hop Dance dan Mandarin Country. Sebagai penutup, di panggung utama dipentaskan ketoprak lakon 'Sampek Ing Tay' bersama Didi Nini Thowok dan Yu Beruk.

Dalam penutupan PBTY VII akan digelar pula Jogja Dragon Festival yang berlangsung sepanjang Malioboro - Alun-alun Utara. Ini diadakan pada Senin 6 Peberuari 2012 jam 18.00 dengan start dari parkir Abu Bakar Ali. "Festival ini akan diikuti 29 grup, dan 12 diantaranya adalah Naga Liong yang merebutkan Piala Raja dengan hadiah total Rp 27 juta," papar Tri Kirana yang juga istri Haryadi Suyuti, Walikota Yogyakarta.
Bukan saja mengusung berbagai kesenian, tapi ada 60 stand kuliner sepanjang Jl. Ketandan yang diberi tenda . Bagi masyarakat yang jarang menemui makanan Tionghoa, di arena ini bisa didapat. Tak ketinggalan Mister Burger Corporation membuka dua stand yang terletak di bagian tengah maupun di dekat arena panggung utama. Ternyata Mister Burger yang menampilkan juga Fried Chicken, Sosis Panggang maupun donat Don-O selalu dicari oleh pengunjung.

Penyelenggaraan PBTY tiap tahun memang sengaja di dekatkan pada akhir Sekaten. Ini dimaksudkan supaya para wisatawan asing maupun wisatawan nusantara yang datang di Yogya, bisa menginap lebih lama di kota pelajar dan budaya ini. "Setelah melihat grebeg dengan keluarnya gunungan dari Kraton Yogyakarta ke halaman masjid Gede Kauman, bisa menikmati pula Jogja Dragon Festival," tandas Tri Kirana.
PBTY ini selalu dimulai sepekan sebelum dan berakhir pada perayaan Cap Go Meh, yang tidak bisa dilepaskan dari perayaan Tahun Baru Imlek. Cap Go Meh memiliki arti 15 hari setelah Imlek. Cap Go Meh selalu identik dengan lampion, dan tradisi ini dimuai ejak masa Dinasti Han (206-220), dimana para penduduk bewramai-ramai memasang lampion dan raja akan keluar dari istana berpesta dengan rakyat.
PBTY merupakan event tahuan yang digarap oleh pihak Pemkot Yogyakarta maupun Dinas Pariwisata DIY. Bahkan dalam pawai karnaval yang akan diikuti dari berbagai unsur kesenian ini, akan bisa dilihat 200 porsenil dari prajurit Batalion 403 memainkan Naga Liong sepanjang hampir 150 meter. "Ini tontonan yang langka dan perlu dilihat," ujar Tri Kirana. *** (Tra)